Puisi karya Taufik Ismail
DOA UNTUK NEGERI
Siapakah
Kita Bila Maut Menjemput Kita
Dapatkah kita menduga atau
mengira
Bilamana ajal kita akan tiba
Di mana umur kita akan
berakhirnya ?
Dapatkah kita merencana
atau berjanji
Bagaimana cara kematian
akan kita alami
Sehingga kita siap rohani
dan jasmani ?
Dapatkah kita memohon jatah
umur yang bagi kita tepat
Sehabis Ramadhan atau
berhaji, ketika dosa diampuni tammat
Dan nyawa dicabut malaikat
ketika kita dalam keadaan sehat ?
Dapatkah waktunya kita
majukan atau mundurkan
Ketika nafas terakhir itu
dihembuskan
Dan sorotan mata kita
dikosongkan ?
Dapatkah kita membereskan
segala yang terlalai
Hutang-hutang, janji-janji,
kerja yang terbengkalai
Cita-cita yang belum
tercapai ?
Dapatkah kita menekan semua
bentuk kesombongan
Dan kepada orang-orang yang
hatinya kita sakitkan
Dengan membungkuk merendah
kita minta dimaafkan ?
Dapatkah kita menyaring
pergosipan dan pergunjingan
Lalu suatu waktu total
sepenuhnya dihentikan
Sehingga daging saudara
sendiri tak lagi dikunyah dimakan ?
Dapatkah kita menghabisi
semua ganjalan iri hati
Kecemburuan yang dibisikkan
jin di telinga kanan dan kiri
Dan mereka diusir sejauh
usir dengn ayat Kursiy ?
Dapatkah kita padamkan
segala bentuk dendam
Yang di dalam hati lama
kita pendam-pendam
Dan dengan tulus memberikan
permaafan ?
Dapatkah kita musnahkan
perilaku ujub dan riya kita
Suka mencerca dalam hati,
pamer jasa dan harta
Dan berhenti
menyebut-nyebutnya ?
Dapatkah kita dengan tepat
melaksanakan evaluasi
Terhadap harta benda yang
selama ini diakumulasi
Sehingga benar-benar bersih
bagi yang akan diwarisi ?
Dapatkah kita kepada
jantung kita yang berpuluh tahun bekerja setia
Setiap detik dia berdenyut
untuk kelangsungan hidup kita
Siapkah kita, bila jantung
kita berkata, "Sudah, cukup sampai di sini saja ?"
Pada suatu masa, di suatu
tempat, maut akan tiba
Beratus kemungkinan
waktunya
Beribu kemungkinan
tempatnya
Melalui gabungan
kemungkinan bentuk dan cara
Lewat penyakit, kecelakaan,
perang, berbagai bencana
Di dalam rumah, kendaraan,
jalan raya, di alam terbuka
Secara sangat pelahan dan
begitu lama orang dapat menduga-duga
Secara pelahan orang mana
mungkin menerka
Secara tak disangka, sangat
tiba-tiba tanpa isyarat suatu apa
Dan tepat pada detik
terjadinya
Kita yang menyaksikan,
semua terpana, menundukkan kepala
Semua terpukul, tergoncang,
terhempas, terobek, tiada sepatah kata
Semua menitikkan air mata
Belum pernah mereka yang
mengalami dicabut nyawanya
Kembali ke dunia dan
menyampaikan pengalaman ajal yang nyata
Sehingga paling banyak kita
hanya mengira menduga
Mereka yang berlarian
bergelimpangan di pantai Lhok Nga
Mereka yang digulung lumpur
tsunami sepanjang jalan Syiah Kuala
Mereka yang kehabisan nafas
dikejar dinding air setinggi pohon cemara
Kanak-kanak yang bertengger
di dahan batang nangka
Orang-orang yang memanjat
pohon kelapa
Ibu-ibu yang hanyut dengan
bayinya
Kabel putus habis, tiang
listrik yang bengkok patah tiga
Rumah punah, hotel rubuh,
truk remuk, asrama rata
Berpuluh, beratus, beribu,
berpuluh ribu banyaknya
Jenazah di bawah puing, di
tengah puing, di atas puing berada
Bergelimang lumpur,
bergelimang air mata
Menyesak udara, menyesak
dada kita semua
Wahai Krueng Aceh
Wahai Krueng Lamteh
Jadilah air sungai yang
jernih kembali kiranya
Maut telah menjemput
saudara-saudara kita
Jannah jualah bagi mereka
Maut akan menjemput kita
pula
Dapatkah kita menyusul ke
Firdaus yang sama ?
Bagi yang mau lihat videonnya silahkan buka di Puisi Doa Untuk Negeri
dan bagi yang mau download MP3 silahkan di MP3 puisi_doa_untuk_negri_-_taufik Ismail
Tidak ada komentar:
Posting Komentar